Mengenal Tradisi Budaya Jepang dan Bahasa Jepang dari Film Animasi






Belajar bahasa jepang akan terasa menyenangkan jika mengetahui cara atau metode yang benar. Meski ada saja yang berpendapat bahwa Bahasa Jepang merupakan sebuah bahasa asing yang sulit  untuk dikuasai dan membutuhkan waktu yang lebih banyak, tetapi kendala tersebut bisa diatasi dengan cara-cara belajar yang unik seperti yang akan dibahas disini. Setiap orang pasti pernah menonton film kartun atau animasi pada saat anak-anak dan inilah metode yang sebenarnya dapat dilakukan untuk belajar atau meningkatkan kemampuan bahasa Jepang.

Banyak manfaat belajar bahasa Jepang dengan menonton film kartun atau animasi, yaitu mulai dari penggunaan kata-katanya yang mudah dimengerti dan juga pengucapannya yang lambat dan mudah didengar membuat bahan yang sangat baik untuk mempelajari sebuah bahasa Jepang, mempelajari sebuah bahasa asing dengan membiasakan diri dengan percakapan setiap hari memang metode yang sangat ampuh untuk mengingat sebuah kosakata dan selain semua itu mempelajari bahasa asing atau bahasa Jepang dengan sebuah film atau animasi kartun sangatlah menyenangkan dan menghibur.

1. Pendengaran aktif dan pendengaran  pasif

Dalam bahasa jepang, anime memiliki peran untuk melatih pendengaran (chookai). Kemampuan pendengaran ada dua yaitu, pendengaran aktif dan pendengaran pasif.
Pendengaran aktif adalah pendengaran yang kita lakukan untuk berusaha memahaminya, kemampuan pendengaran aktif setidaknya membutuhkan konsentrasi. Contoh konkret dari aktivitas yang menggunakan pendengaram aktif adalah latihan mendengarkan yang terdapat dibuku teks.
Sedangkan pendengaran pasif adalah pendengaran yang hanya mendengarkan saja, tanpa menaruh perhatiannya secara penuh.
Seperti balita yang hanya mengandalkan kemampuan pendengaran pasif untuk memahami suatu pesan. Kita juga bisa menerapkan kemampuan pendengaran pasif untuk belajar bahasa jepang. Caranya adalah mencoba menonton anime tanpa menggunakan subtittle, masalah memahami atau tidak itu bukan menjadi masalah karena seperti itulah prosesnya, lama-lama kita akan terbiasa mendengarkan ucapan yang menggunakan bahasa Jepang sehingga kita mudah memahami apa yang disampaikan orang lain dengan mudah.

 2. Hindari menggunakan ungkapan yang dipelajari di anime secara sembarangan

Misalnya kita berada di Jepang, dengan bermodalkan ungkapan yang dipelajari dari anime terhadap orang Jepang seperti "Ganbattebayo" seperti Naruto. Kemudian yang belum benar-benar belum pernah belajar bahasa Jepang sebenarnya, mencoba menyapa orang jepang dengan "Nyanpasu" dipagi hari. Saya yakin kita akan ditertawakan dan dianggap aneh. Ini bukan dunia khayalan seperti anime yang kita tonton, tetapi kita berada di Jepang. Dengan kata lain, kita harus bisa membedakan antara ungkapan yang digunakan sehari-hari dan ungkapan yang hanya ada di anime.

3. Belajar dari buku Teks

Sebagian orang mungkin orang-orang yang selama ini belajar bahasa Jepang hanya dari anime. Namun ada satu hal yang penting yaitu (Keigo).
Bahasa Jepang tidak terlepas dari tata bahasa (bunpoo). Tanpa tata bahasa, informasi yang disampaikan tidak akan jelas maknanya. Meskipun banyak kosakata yang kita peroleh dari anime namun tidak sama sekali belajar tata bahasa, hasilnya percuma saja. Apa yang kita dengar, tidak secara penuh kita pahami.

4. Sebagai permulaan latihan mendengarkan, mulailah dari anime dengan cerita ringan

Tata bahasa Jepang dasar sudah banyak dikuasai, sekarang saatnya kita mempraktikannya. Untuk level N5 hingga N3, tidak perlu mencoba anime yang membutuhkan kemampuan Choukai setara N2 ke atas seperti Steins Gate, Attack On Titan, Psycho Pass, Initial D, dll.
Sebagai permulaan untuk menikmati anime tanpa subtitle, disarankan untuk memulai dari anime yang bergenre  slice of life, school, karena kaya dengan ungkapan sehari-hari. Tetapi kalau cerita membosankan dan tidak menarik tidak perlu ditonton.

5. Latihan kikitori

Latihan kikitori merupakan Latihan dikte seperti yang kita lakukan disekolah sejak kelas 1 SD. Ada manfaat yang diperoleh dari latihan ini misalnya bisa membedakan bunyi panjang (Choo-on) bunyi tersumbat (Soku-on). Kemudian mengenali sebuah kanji dengan bunyi yang sama dalam suatu konteks, dan masih banyak lainnya.

Cara latihan kikitori yang dilakukan oleh beberapa orang adalah dengan mendengarkannya terlebih dahulu kemudian disalin dikertas. Untuk mengatur tingkat kesulitan ada dua cara yang dilakukan yaitu, membuat jeda percakapan per frasa, dan membuat jeda percakapan per kalimat. Jadi seri anime tersebut yang kita tonton hanya diplay-pause.

Membuat jeda per frasa berarti setelah kita mendengar satu hingga dua kata atau lebih, rekaman dihentikan kemudian disalin. Jika belum jelas menangkap kata-kata yang disampaikan pembiacara, kita boleh memutar ulang rekaman berkali-kali hingga menulis kalimat yang utuh. Latihan ini diperbolehkan menggunakan Hiragana jika tidak mengetahui kanjinya. Sebagai tambahan (sifatnya opsional), bisa dicoba catat dan ingat hal-hal yang penting bisa berupa kosakata, tata bahasa, atau ekspresi dari latihan kikitori.

Berbeda dengan membuat jeda per frasa, membuat jeda perkalimat lebih menantang lagi. Itu berarti, kita harus mendengarkan satu kalimat sampai habis. Kemudian kita salin kembali. Kita boleh memutar ulang rekamannya berkali-kali dengan catatan setiap kalimat didengarkan sampai habis. Tidak boleh menghentikan rekaman dalam satu kalimat dengan tujuan melengkapi bagian yang kosong.


Sumber pembelajaran Choukai selain dari anime :
1. Untuk level N5 hingga N3 : https://www3.nhk.or.jp/news/easy
2. Bagi yang mencapai level N3 ke atas : https://youtube.com/watch?v=WQu3OcE7jaQ
 

Post a Comment

0 Comments